Monday, December 05, 2011

127 Hours

127_hours_movie_review.jpg (500×433)Terperangkap di sebuah lokasi yang terpencil dan tidak bisa mengandalkan siapapun untuk menolong. Sungguh sebuah situasi yang saya yakin tak seorang pun mau mengalaminya. Akan tetapi jika nasib berkehendak lain dan “mengharuskan” kita untuk mengalaminya, maka mau tidak mau kita tentu harus mengandalkan naluri untuk bertahan hidup. Bagaimanapun caranya.

Sebagai sebuah film yang diangkat dari memoar berjudul “Between A Rock And A Hard Place”, sebuah cuplikan akan peristiwa menggiriskan yang dialami oleh Aron Ralston, seorang pemanjat gunung yang mengalami kecelakaan dan terjebak disebuah ngarai terpencil tanpa seorang pun yang mengetahui keberadaanya, maka ’127 Hours’ adalah sebuah opus oleh Danny Boyle (28 Days Latter) tentang bagaimana kemalangan menjadi pemicu sebuah semangat untuk hidup.
*

127 Hours merupakan kisah nyata yang benar – benar terjadi di tahun 2003 silam tentang Aron Ralston, yang diperankan oleh James Franco, seorang pendaki ulung yang merencanakan berlibur di akhir pekan dengan tanpa memberitahukan kepada siapapun termasuk sahabat beserta orang tuanya. Aron bahkan tidak membawa bekal yang cukup karena merasa tempat yang ditujunya, Blue John Canyon di Utah adalah “rumah-nya”, namun disinilah cobaan yang akan merubah hidupnya dimulai.

Di akhir pekan seorang Aron Ralston merencanakan untuk pergi suatu tempat di Grand Canyon dengan mencoba rute baru yang bisa mempersingkat waktu untuk kesana. Aron Ralston telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk pergi ke grand canyon, dari peralatan mendaki, logistik makanan dan minuman, dan juga camcoder serta camera digital, tapi dia tidak membawa pisau lipat swiss serba gunanya.

Untuk Pergi ke tujuannya Aron Ralston juga membawa sepeda, sepeda ini akan dipakainya untuk mencoba rute baru yang bisa memperpendek jarak ke tujuan. Hampir di setiap saat ia selalu merekam aktifitasnya menggunakan camcoder dan juga berfoto memakai camera digitalnya. Ketika sampai di grand canyon dan ingin segera ketujuannya Aron Ralston bertemu dengan 2 perempuan yakni Megan dan Rana yang sedang tersesat, karena Aron Ralston sudah sering dan tau dengan daerah tersebut akhirnya Aron Ralston menemani mereka terlebih dahulu untuk pergi ke suatu tempat yang Megan dan Rana cari.

Setelah ia mengantarkan Megan dan Rana ia pergi menuju tujuannya , namun disaat dalam perjalanan menuju tujuan ia jatuh di himpitan grand canyon dan yang lebih parahnya lagi tangan kanannya terjepit batu besar yang sebelumnya ikut terjatuh. Aron Ralston mencoba dengan segala cara untuk melepaskan tangannya dari batu tersebut namun tetap saja tidak bisa. Lalu ia mencoba bertahan hidup dengan segala benda yang ia miliki dan terus mencoba untuk bisa melepaskan tanggan kanannya dari batu tersebut.

Hanya Satu botol air minum, beberapa makanan kecil, alat dakiyang minim, pisau lipat serba guna buatan cina  serta camera digital dan camcoder yang ia punyai untuk bertahan hidup. Aron Ralston membuat strategi jadwal minumnya agar bisa menghemat persediaan airnya. Aron Ralston coba mengikis batu tersebut dengan pisau lipatnya sedikit demi sedikit setiap waktu agar tanggannya bisa lepas namun itu tidak berhasil juga malah ia terus kekurangan persediaan air dari hari demi hari. Aron Ralston terus merekam apa yang terjadi pada dirinya dengan kemungkinan jika ia tidak selamat maka mungkin ada orang yang bisa melihat rekamannya.

Setelah beberapa hari hidup dengan air yang sedikit, kedinginan yang ekstrem dengan hanya 15 menit mendapat sinar matahari, serta kekurangan makanan Aron Ralston terkadang terkena halusinasi. Ia membayangkan ibunya, istrinya, serta teman-temannya. Aron Ralston juga menyesal tidak memberitahukan siapa-siapa akan kepergiannya ini, dan ia juga menyesal karena tidak mengangkat telpon dari ibunya sebelum ia berangkat.

Ketika persediaan airnya telah habis ia harus meminum air kencingnya sendiri agar terus bertahan hidup, dengan segala keputus asaanya ia melakukan hal yang ekstrem dengan mencoba memotong tanggan kanannya sendiri agar bisa keluar. Ia menyesal karena tidak membawa pisau lipat serba gunanya melainkan membawa pisau lipat buatan cina yang tumpul, karena dengan begitu ia tidak bisa memotong tanggannya sendiri. Akhirnya ia mematahkan tanggannya terlebih dahulu dan lalu menggiris tanggannya dengan pisau tumpul tersebut hingga putus.

Setelah tangannya putus ia masih sempat mengambil foto tanggannya yang telah terpotong dan baru meninggalkan tempat tersebut. Ketika perjalanan pulangnya ia masih dihadapkan dengan keletihan badannya, beruntung ia menemukan para pendaki pula di grand canyon tersebut dan dengan segera helikopter membantunya untuk dibawa kerumah sakit.

Setelah kejadian tersebut Aron Ralston menjadi terkenal dengan perjuangan hidupnya dan juga menjadi pendaki profesional. semenjak kejadian itu pula Aron Ralston selalu meninggalkan pesan kepada orang lain jika ia ingin bepergian.

**

’127 Hours’ bukan sekedar film. Ia adalah sebuah pengalaman. Pengalaman yang harus dirasakan sendiri untuk mengetahui bagaimana rasanya. Pengalaman yang kemudian menorehkan sebuah pencerahan batin yang membuat kita memikirkan tentang kehidupan yang kita jalani selama ini. Apakah kita telah menjalani hidup secara penuh, mengukirnya dengan kebijakan atau mengikuti kata hati yang impulsif dan menuju entah kemana?

***

Sumber: 
http://jalangfilm.wordpress.com/2011/01/10/film-review-127-hours/
http://escampurbesuk.wordpress.com/2011/01/11/resensi-film-127-hours-2010/
http://trendygalih.com/2011/01/review-film-127-hours/
(dengan pengubahan seperlunya)

1 Comments:

obat tradisional mioma said...

makasih banyak ya atas informasinya yang sangat menarik banget

Post a Comment

Thank you for reading the article on our blog. Please give comments, feedback or criticism you in the comment box below. Your comment really means for the advancement of our blog. So, give the comment wisely and constructively.

 
© Copyright 2009-2012 Inspire Blog. Powered by Blogger WP by Masterplan